Ads 468x60px

Friday, March 26, 2010

Sepakbola Nasional: " Jakarta di Mata Bobotoh..."


Jakarta dulu dan kini dimata Bobotoh, Jakarta ternyata tidak ramah terhadap pendukung sepakbola lainnya
Ketika menyebut nama bobotoh, maka otomatis perhatian tertuju pada supporter sepakbola di Jawa Barat untuk Persib Bandung. Persib Bandung adalah team kebanggaan warga Jawa barat. Jakarta dulu sangat senang menerima Bobotoh. Setidaknya demikian pengakuan para Bobotoh tua yang sekarang merasa aneh karena Bobotoh tidak pernah bisa masuk Jakarta.

Jakarta dulu merasa senang kalau Persib Bandung masuk final perserikatan. Pedagang senang, masyarakat terhibur dan senayan membiru oleh Bobotoh Persib. Final melawan PSMS, PSM Makasar selalu riuh rendah oleh para bobotoh Persib yang berbondong-bondong se-Jawa Barat. Iring-iringan mobil dari berbagai daerah seolah menjadi hiburan tersendiri bagi penduduk yang dilewati. Cianjur, Puncak, Bogor dan Depok adalah wilayah yang dilewati. Tidak ada pelemparan karena wilayah itu juga adalah bobotoh persib, atau yang melewati Purwakarta, Cikampek, Karawang, dan Bekasi semua menyambut iring-iringan bobotoh persib dari berbagai daerah di Jawa Barat.

Ya persib Bandung masuk final, maka bobotoh dari Garut, Kuningan, Cirebon, Tasik, Ciamis, Indramayu rame-rame menyerbu Jakarta. Dan Jakarta menyambut dengan tangan terbuka. Tapi itu dulu, sekarang sudah berbeda. Sejak era Liga Indonesia dan supporter terkotak dalam klub-klub supporter maka Jakarta bukan lagi kota yang ramah bagi para pendukung team sepakbola daerah. Kata teman saya, ini bermula dari rasa iri terhadap prestasi dan warna biru yang selalu mendominasi Senayan, bukan itu saja bahkan setiap team bukan Persib pun tetap saja Jakarta bukan kota yang ramah menerima pendukung team lain. Pendukung Persijalah yang merasa iri terhadap dukungan yang besar ini.

Era liga yang menggabungkan perserikatan dan galatama ini ternyata semakin membuat Jakarta tidak ramah terhadap bobotoh atau pendukung team sepakbola lainnya. Aksi anarkis pendukung Persija ini bukan saja terhadap pendukung team lainnya, bahkan dengan sesama pendukung Persija pun ternyata potensi konfliknya tinggi. Ini terjadi ketika kekalahan Persija oleh Persipura. Aksi tawuran antar pendukung persija ini membuat khawatir penduduk Jakarta itu sendiri. Setiap kali Persija bermain, para karyawan yang bekerja akan was-was terhadap potensi kerusuhan ini. Sungguh hal yang harusnya tidak terjadi di sebuah Ibukota.

Akhirnya, setelah melihat banyak kejadian kerusuhan dan tawuran setelah pertandingan sepakbola, kini Jakarta menjadi kota yang tidak ramah bagi pendukung sepakbola. Baik itu untuk Bobotoh ataupun pendukung sepakbola lainnya. Bagi saya, sepakbola bisa maju jika pendukungnya dewasa. Bersaing boleh saja, tetapi tolong dong jangan anarkis, mari tegakan sikap fair, sportif dan santun.

Sumber: www.wildensyah.co.cc

0 comments:

Post a Comment